“Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”. – Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus
Panduan Liturgis dan Ibadat Lain
Enoria Ag. Dyonisios dari Zakynthos Yogyakarta
Panduan dan Etika di Gereja Ortodoks
Terdapat standar perilaku tertentu yang perlu diikuti bersama saat berada di dalam Gereja Ortodoks. Berikut ini adalah ikhtisar dari beberapa hal yang perlu anda ingat saat menghadiri Liturgi Ilahi dan Ibadat lainnya di Gereja Ortodoks dan Enoria Ag. Dyonisios dari Zakynthos Yogyakarta.
Persiapan dan Kehadiran di Gereja
Saat menghadiri liturgi atau ibadat Gereja Ortodoks, berpakaianlah dengan sopan dan sederhana. Pria harus mengenakan celana panjang dan dihimbau mengenakan kemeja berkerah, sedangkan wanita harus mengenakan pakaian yang menutupi hingga bawah lutut dan yang menutupi bahu. Enoria kami juga menghimbau para wanita mengenakan penutup kepala atau kerudung.
Sangatlah penting untuk datang ke gereja tepat waktu. Datang tepat waktu membantu anda untuk mencari tempat duduk atau berdiri tanpa perlu tergesa serta memberi waktu bagi Anda untuk mempersiapkan diri dalam rangkaian liturgi atau ibadat lain. Sebelum ibadat dimulai, janganlah sungkan untuk bertanya kepada jemaat enoria mengenai ibadat yang akan dillaksanakan terutama jika anda baru pertama kali mengikuti peribadatan di Gereja Ortodoks.
Menyalakan lilin dan menghormati ikon
Setelah anda memasuki gereja, anda dipersilahkan untuk menyalakan lilin. Menyalakan lilin adalah bagian penting dari praktek ibadat Ortodoks. Kami menyalakannya saat kami berdoa, membuat persembahan untuk mengiringi doa-doa kami. Umat Ortodoks biasanya menyalakan lilin saat masuk ke dalam Gereja. Namun, ada kalanya lilin tidak boleh dinyalakan. Janganlah menyalakan lilin saat pembacaan Surat Penggembalaan (Epistel) dan Injil, juga saat Perarakan Masuk Kecil atau Perarakan Masuk Agung, demikian pula saat khotbah diberikan. Enoria kami menyediakan dua tempat untuk menyalakan lilin sambil memanjatkan doa permohonan. Anda juga dapat menyalakan lilin di sisi kanan sambil mendoakan kerabat yang masih hidup sementara di sisi kiri bagi yang telah wafat.
Setelah menyalakan lilin, anda kemudian dipersilahkan menghormati ikon-ikon yang ada di dekatnya. Cara yang tepat untuk mencium ikon adalah dengan membuat tanda salib dan kemudian mencium tangan atau kakinya. Anda juga dapat mencium penggambaran benda seperti salib, kitab atau gulungan yang umumnya berada di sekitar tangan. Tidaklah tepat untuk mencium ikon di wajah atau bibir. Jika anda mengenakan lipstik, pastikan untuk menghapusnya sebelum anda mencium ikon tersebut agar tidak meninggalkan noda pada ikon. Mungkin saja ikon di tempatkan tepat di pintu masuk gereja, anda dapat menghormatinya sebelum melangkah ke bagian dalam gereja. Ketika Anda menghormati sebuah ikon, tunjukkan rasa hormat yang layak kepada pribadi yang digambarkan; rasa hormat yang sama yang akan anda tunjukkan kepada pribadi tersebut.
Kapan saat anda sebaiknya tidak memasuki gereja?
Setelah Liturgi Ilahi dimulai, ada aturan tentang saat yang benar untuk memasuki gereja. Janganlah masuk ke dalam gereja saat pembacaan Epistel atau Injil sedang berlangsung. Anda juga diharapkan untuk menunggu diluar ketika Imam sedang memberikan khotbah atau ketika jemaat sedang mengucapkan Pengakuan Iman. Terakhir, Anda tidak boleh masuk saat Doa Konsekrasi Ekaristi sedang diucapkan. Jika anda tiba saat salah satu dari hal tersebut sedang berlangsung, Anda harus menunggu hingga selesai sebelum mengambil tempat di dalam gereja.
Selama Liturgi atau Ibadat berlangsung… hingga berakhir
- Tidaklah pantas untuk bercakap-cakap selama ibadat berlangsung. Berbicaralah kepada Tuhan saat berada di gereja melalui doa, kidung-pujian, dan ucapan syukur. Ciptakanlah suasana tenang dan nyaman untuk membantu tiap-tiap orang yang beribadah dapat masuk ke dalam penyembahan yang membangun rohani.
- Berdirilah dengan baik, duduklah dengan baik. Saat anda duduk di kursi sebaiknya anda tidak menyilangkan satu kaki anda. Jika anda sehat dan tidak sedang memiliki kelemahan yang mengharuskan anda tetap duduk, anda diperbolehkan untuk berdiri sepanjang ibadat, atau saat anda mendengar Imam berkata : “Tegak, Bangkitlah”. Enoria kami mempersilahkan anda untuk duduk saat pembacaan Epistel, Khotbah, atau saat tertentu seperti yang dapat anda amati pada teks ibadat. Anda juga diharapkan untuk tidak pergi keluar-masuk gereja selama ibadat.
- Tidak diperkenankan untuk makan di dalam gereja. Makanan tidak diperkenankan di dalam gereja baik saat ibadat berlangsung ataupun usai, hal ini juga berlaku bagi makanan ringan dan permen karet. Bila anda membawa anak-anak yang membutuhkan santapan, anda dapat memberikannya di luar gereja.
- Membuat tanda salib. Anda mungkin akan melihat bahwa beberapa jemaat membuat tanda salib pada waktu yang berbeda. Sampai batas tertentu, waktu untuk membuat tanda salib adalah berdasarkan kesalehan pribadi, dan tidak terkait pengajaran atau dogma. Namun ada waktu yang tepat dan ada waktu dimana sebaiknya anda tidak membuat tanda salib. Anda dapat membuat tanda salib saat anda mendengar seruan “Sang Bapa, Sang Putra, serta Sang Roh Kudus” di awal dan akhir ibadat dan doa pribadi Anda; saat Theotokos Perawan atau Nama Orang Kudus disebut; sebelum menghormati ikon, salib, atau Buku Injil; saat memasuki atau keluar dari gereja; ketika lewat di depan Meja Altar. Berhati-hatilah saat membuat tanda salib di dekat Cawan Komuni sebelum atau sesudah menerima Komuni (ada kemungkinan cawan terpukul tangan Anda). Terdapat pula suatu praktik tidak membuat tanda salib ketika uskup atau imam memberkati dengan mengatakan “Damai sejahtera bagi semua“, kemudian anda dapat membungkukkan badan sedikit dan menerima berkat.
- Meninggalkan gereja pada waktunya. Pulang sebelum waktunya membuat kita kehilangan berkat. Ibadat memiliki sebuah permulaan “Diberkatilah Kerajaan…” dan sebuah akhir “Marilah kita pergi dalam damai…” Segera meninggalkan gereja setelah Perjamuan Kudus dapat berarti memperlakukan gereja seperti sebuah rumah makan atau restoran di mana kita datang dan pergi sesuka hati.
- Mencium tangan seorang Imam. Cara yang tepat untuk memberi salam seorang uskup atau imam adalah dengan meminta berkat dan mencium tangan kanannya sambil berkata seperti “Ya Bapa, berkatilah”. Sehingga kita tidak menyapa para imam hanya dengan jabatan tangan. Ketika anda mencium tangan mereka, sama seperti ketika anda mencium sebuah ikon, anda harus menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap jabatan imamat kudus mereka yang menjadi ikon Kristus, Imam Agung yang Esa. Terlebih lagi, merekalah yang memberkati dan menguduskan Anda, dan yang mempersembahkan Karunia-Persembahan Suci atas nama anda dalam Liturgi Ilahi.
Terimakasih karena telah membaca !
Kami menyambut semua orang yang berniat baik untuk bersama-sama memuliakan Allah dalam Liturgi Ilahi dan peribadatan lainnya. Untuk memandu umat dan tamu, silahkan klik link dibawah ini yang mengarahkan anda pada panduan liturgis lainnya: