Bapa Suci Agios (Santo) Dionysios yang Baru, yang berasal dari Zakynthos, dan menjadi Uskup Agung Aegina, disempurnakan dalam damai – Kenangannya diperingati setiap tanggal 17 Desember.
Bapa Suci Dionysios berasal dari pulau Zakynthos, putra dari orang tua yang berkecukupan dan mulia, Mokios Sigouros dan Paulina Valvi. Setelah diajarkan sabda-sabda kudus yang melaluinya ia tercerahkan akan banyaknya kesia-siaan di dunia, ia kemudian berpaling dari kesenangan, kekayaan, kemuliaan, dan setiap kenikmatan lain yang ditawarkan kehidupan. Dia menarik diri dari tanah asalnya Zakynthos, pergi ke Biara Suci Strofada, yang terletak di seberang Zakynthos, pada jarak tempuh sekitar empat puluh mil. Di sana, ia yang terberkati tiga kali itu menjadi seorang biarawan, menyerahkan dirinya pada pertandingan rohani selama membiara, dia berpuasa, berjaga-jaga, berdoa, mengejar semua kebajikan, demikianlah rupa sehingga ia lebih unggul daripada semua bapa yang ada di biara, bahkan yang paling saleh dan lanjut usia sekalipun. Dia terutama berjuang untuk memperoleh kerendahan hati. Oleh karena itu, meskipun ia berasal dari keluarga terpandang, Bapa Dionysios menganggap dirinya paling rendah dan paling tidak layak di antara semuanya. Oleh karena itu, karena kebajikannya ini, ia diangkat menjadi imam, ditahbiskan menjadi Pembaca, Sub-Diakon, Diakon, dan Presbiter.
Karena ingin pergi ke Yerusalem untuk menghormati Tanah Suci, ia mendapat izin dari persaudaraan biara, dan ia melewati Dodekanes, untuk mencapai Yerusalem dengan lebih mudah. Mengitari pulau-pulau itu, ia juga pergi ke Athena. Di sana ia dipanggil oleh Uskup Agung Athena, dan menjadi Uskup Agung Aegina, yang pada saat itu keuskupannya sedang kosong karena wafatnya Uskup Agung di kota itu. Tetapi karena ketenarannya diberitakan di mana-mana, dan semua orang berlomba-lomba untuk mendengarkan ajarannya yang merdu, karena alasan ini orang yang terkenal itu menjadi takut, agar jangan sampai pujian orang membuatnya jatuh ke dalam kesombongan. Oleh karena itu, ia menempatkan penggantinya di atas takhtanya, dan ia kembali ke tanah airnya di Zakynthos pada tahun 1589. Kepemimpinannya diterima tepat pada waktunya, karena mereka tidak memiliki Uskup. Di sana ia mendirikan Biara Theotokos, yang disebut Anafonitria, yang nyaman untuk ketenangan, dan di sana ia menetap, dan ia menyibukkan diri dalam madu kesucian.
Karena pencapaian cinta-kasihnya yang luar biasa kepada Tuhan dan sesama, orang yang ternama ini tidak hanya menunjukkan belas kasihan kepada orang miskin melalui pendapatan biaranya, tetapi dia bahkan berhasil membuat mereka makmur, sesuatu yang jarang ditemukan di antara para Orang Suci.
Pada suatu masa, Konstantinus, saudara laki-laki dari Agios Dionysios, dibunuh oleh seorang yang kejam, dan pembunuh ini diusir oleh kerabatnya, dan berkeliaran di tempat-tempat yang sepi. Sampai suatu saat ia melarikan diri ke Biara tempat Bapa Dionysios berada, tanpa mengetahui bahwa Yang Terhormat itu adalah saudara laki-laki dari orang yang ia bunuh. Ketika Bapa Suci melihat bahwa dia ketakutan, dia bertanya tentang penyebab ketakutannya. Ia kemudian berkata bahwa ia telah membunuh Konstantinus Sigouros. Kemudian Bapa kita yang terhormat itu meratapi dan menangisi kematian saudaranya, tetapi dengan meniru kesabaran dari Kristus, Sang Guru, Dia menguatkan si pelaku dengan kata-kata penghiburan. Dan dengan penuh keramahan, ia menyembunyikannya di sebuah tempat rahasia. Tidak lama kemudian, kerabat Sang Agios datang dan memberitahukan kepadanya tentang kematian saudaranya yang tidak adil, dan mereka mencari pembunuhnya, tetapi Bapa Suci memberi tahu mereka bahwa dia tidak tahu keberadaannya. Ketika mereka pulang, ia menemani si pembunuh ke pantai. Di sana ia memberinya makanan, dan menyuruhnya pergi ke negeri lain untuk menyelamatkan nyawanya.
Melalui kebajikan dan tindakan-tindakan seperti itu, Sang Agios dinyatakan layak untuk menerima dari Allah kuasa untuk melakukan mukjizat-mukjizat, dan melakukan keajaiban-keajaiban yang mengherankan. Suatu ketika ia ingin menyeberangi sebuah sungai, dan melihat arusnya deras – suatu mukjizat! Ia menghentikan arusnya, dan menyeberang bersama Diakon yang menemaninya. Pernah juga dalam suatu masa, lewat petunjuk Sang Bapa Suci, Ia pernah membantu beberapa pelaut untuk menangkap ikan, di tempat di mana sebelumnya mereka tidak pernah menangkap ikan.
Juga diceritakan terdapat tubuh seorang wanita yang telah meninggal namun tidak dapat terurai karena adanya eksomunikasi (pengucilan dari sakramen Gereja) yang dijatuhkan semasa hidup si wanita. Kerabat wanita itu memohon agar Bapa Suci membacakan doa pengampunan agar wanita tersebut terlepas. Setelah Sang Bapa Suci mengenakan epitakhelion dan omoforion-nya, ia berlutut dan berdoa selama beberapa saat. Dengan air mata yang deras ia memohon kepada Tuhan untuk melepaskan ekskomunikasi atas tubuh yang belum terurai itu. Ketika diucapkannya doa pengampunan dosa atas mayat itu, terlihat bahwa kepala wanita yang meninggal itu menunduk dengan sikap hormat kepada Agios Dionysios, seolah-olah berterima kasih kepadanya atas anugerah besar yang diterimanya. Tubuhnya kemudian rebah, bagaikan merlarut menjadi debu-tulang-belulang. Bapa suci sebagai orang yang rendah hati, melarang mereka yang hadir di sana untuk mengungkapkan kejadian itu kepada siapa pun, selama Bapa Suci masih hidup.
Ia juga tidak hanya memiliki karunia untuk melakukan mukjizat, tetapi juga memiliki karunia penglihatan dan mengetahui hal di masa yang akan datang, dan juga hal-hal yang terjadi di tempat yang jauh dapat dilihatnya. Dengan karunia-karunia ini hidupnya menjadi bercahaya, dan dalam keadaan ini ia menyerahkan jiwa sucinya ke dalam tangan TUHAN, pada tahun 1624, pada tanggal 17 Desember. Relikui sucinya disemayamkan di Biara Strofada yang disebutkan di atas. Setelah beberapa waktu berlalu, Relik Agios Dionysios dikembalikan ke Zakynthos karena adanya suatu penglihatan dari Sang Agios sendiri. Pada makamnya – suatu mukjizat!- ia ditemukan dalam keadaan terjaga dan utuh, dan mengeluarkan aroma surgawi. Hal ini telah membuat dan terus menghasilkan banyak keajaiban bagi mereka yang mendekatinya dengan iman. Hari ini ia dapat ditemukan di tanah kelahirannya di Zakynthos, di mana ia dihormati dengan penuh hormat.
dikutip dari www.johnsanidopoulos.com