Pusat kehidupan Gereja adalah Ekaristi Kudus, yang merupakan perayaan utama iman kita dan sarana yang melaluinya kita berpartisipasi dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus. Sakramen-sakramen utama berkaitan erat dengan Ekaristi dan menjadi saksi akan kehadiran Kristus yang terus menerus dalam kehidupan umat-Nya.
Selain Ekaristi dan Sakramen-sakramen utama, Gereja Ortodoks memiliki sejumlah Ibadat dan Pemberkatan Khusus yang dikaitkan dengan kebutuhan, peristiwa, dan tugas-tugas kehidupan manusia. Dalam merayakan berbagai ibadat dan Pemberkatan ini, Gereja secara terus-menerus memberikan kesaksian akan kehadiran dan tindakan Allah dalam hidup kita. Allah kita adalah Allah yang mengasihi kita, memperhatikan kita, dan dekat dengan kita. Ibadat-ibadat dan Pemberkatan liturgis juga berfungsi untuk mengingatkan kita bahwa semua kehidupan adalah penting, dan bahwa banyak peristiwa dan karunia-karunia kehidupan dapat diarahkan kepada Allah dan menerima penggenapannya di dalam Dia.
Ibadat-ibadat Khusus sering disebut sebagai Ibadat-ibadat Non-Sakramental dalam pengertian sebagai peristiwa-peristiwa penyembahan komunitas yang biasanya tidak termasuk ke dalam Sakramen-sakramen utama. Akan tetapi, mereka jelas memiliki kualitas sakramental dalam pengertian bahwa mereka mengungkapkan kehadiran Tritunggal Mahakudus. Banyak dari ibadat-ibadat ini, contohnya Pemakaman, Pemberkatan Air, dan Tonsur Biara, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup Gereja. Ibadat-ibadat ini adalah upacara singkat yang dilakukan sesekali dan tidak harus melibatkan keseluruhan komunitas enoria secara langsung.
Gereja memberkati individu-individu, peristiwa-peristiwa seperti perjalanan, dan objek-objek seperti ikon-ikon, gereja-gereja, bunga-bunga, ladang-ladang, binatang-binatang, dan makanan. Dengan demikian, Gereja tidak hanya mengekspresikan rasa syukur kita, tetapi juga menegaskan bahwa tidak ada pemberian, peristiwa, atau tanggung jawab manusia yang bersifat sekuler atau terlepas dari Tuhan. Bagi umat Kristen Ortodoks, semua hal yang baik memiliki Tuhan sebagai asal dan tujuannya. Tidak ada yang berada di luar kasih dan perhatian Tuhan.
Ibadat Pemakaman
Kematian seorang Kristen tidak hanya berdampak pada keluarga, tetapi juga pada seluruh Gereja, karena kita semua adalah bagian dari Tubuh Kristus. Ibadat Pemakaman Ortodoks, yang mengekspresikan fakta ini, tidak boleh dilihat terutama sebagai kesempatan untuk memuji, dengan cara yang sentimental, kebajikan seseorang. Sebaliknya, berbagai doa dan nyanyian pujian menekankan kenyataan pahit dari kematian, serta Kebangkitan Kristus yang penuh kemenangan yang melaluinya kuasa maut ditaklukkan. Ibadat Pemakaman menghibur mereka yang berduka; ini juga merupakan sarana yang melaluinya Gereja mendoakan salah satu anggotanya yang telah meninggal dalam iman kepada Kristus. Ortodoksi memandang akhir dari keberadaan fisik hanya sebagai berakhirnya satu tahap kehidupan. Kasih Tuhan lebih kuat daripada kematian, dan Kebangkitan Kristus menjadi saksi atas kekuatan ini.
Pemakaman Ortodoks terdiri dari tiga peribadatan. Pertama, ada Ibadat Malam (Vigil) setelah kematian, yang biasanya dilakukan pada saat pemakaman. Ibadat ini disebut Trisagion (Trisuci). Gereja berdoa kepada Kristus “… berilah istriahat kepada jiwa hamba-Mu bersama para Orang Kudus, di mana tidak ada rasa sakit, kesedihan, atau keluh kesah, melainkan kehidupan yang kekal.” Sementara Gereja berdoa untuk jiwa orang yang meninggal, penghormatan yang besar diberikan kepada tubuh jasmani. Ortodoksi mempercayai bahwa tubuh seorang Kristen adalah suci karena merupakan Bait Roh Kudus.
Tubuh juga akan mengambil bagian dalam pemulihan akhir semua ciptaan. Ibadat Pemakaman dilanjutkan di Gereja, di mana jenazah dibawa pada hari penguburan. Idealnya, Liturgi Ilahi dirayakan. Setelah Ibadat Pemakaman, jemaat mengucapkan salam perpisahan kepada almarhum. Ibadat Trisagion kemudian diulangi di tempat pemakaman.
Ibadat Peringatan
Kematian memang mengubah namun tidak menghancurkan ikatan cinta dan iman yang ada di antara semua anggota Gereja. Ortodoksi percaya bahwa melalui doa-doa kita, mereka “yang telah tertidur dalam iman dan pengharapan akan Kebangkitan” terus memiliki kesempatan untuk bertumbuh lebih dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Gereja berdoa secara terus-menerus bagi para anggotanya yang telah meninggal di dalam Kristus. Kita menaruh kepercayaan kita pada kasih Allah dan kekuatan untuk saling mengasihi dan mengampuni. Kita berdoa agar Tuhan mengampuni dosa-dosa umat beriman yang telah meninggal, dan agar Dia menerima mereka ke dalam kumpulan para Kudus di Kerajaan Surga.
Gereja Ortodoks mengenang orang-orang yang telah meninggal dalam doa-doa di setiap Liturgi Ilahi. Selain itu, ada juga Ibadat Peringatan di mana Gereja juga mengenang orang-orang yang telah meninggal. Menurut tradisi, Ibadat ini diadakan pada hari ketiga, kesembilan, dan keempat puluh setelah kematian, serta pada peringatan tahunan kematian. Selain waktu-waktu tersebut, Ibadat Peringatan selalu dipersembahkan untuk semua umat beriman yang meninggal pada “Sabtu Para Jiwa” yang dilakukan empat kali dalam satu tahun. Ibadat Sabtu Para Jiwa yakni dua Hari Sabtu sebelum masa Puasa Agung Pra-paskah; Sabtu pertama masa Puasa Agung Pra-paskah; dan, Sabtu sebelum Perayaan Pentakosta. Ada tradisi dimana umat membuat suatu sajian Kollyva yang terbuat dari gandum. Sajian ini adalah simbol Kebangkitan. Ketika berbicara tentang Kebangkitan, Tuhan kita berkata: “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yohanes 12:24)
Pemberkatan Air Agung: Megas Agiasmos
Epifani, salah satu hari raya tertua dan terpenting dalam Gereja Ortodoks, memperingati manifestasi Sang Tritunggal Mahakudus yang terjadi saat Pembaptisan Kristus di Sungai Yordan. Menyadari kekayaan makna dalam peristiwa ini, Ortodoksi percaya bahwa ketika Kristus dibaptis, tidak hanya menandai dimulainya pelayanan publik dan mengungkapkan Tritunggal Mahakudus, tetapi juga menandakan bahwa seluruh ciptaan ditakdirkan untuk berbagi dalam kemuliaan penebusan di dalam Kristus. Ketika Kristus masuk ke sungai Yordan untuk dibaptis, ada dua hal yang terjadi: Ia sedang mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang-orang yang telah Ia selamatkan; dan, Ia sedang mengidentifikasikan diri-Nya dengan seluruh ciptaan yang diwakili oleh air. Melalui baptisan-Nya, Tuhan menyatakan nilai dari dunia ciptaan dan Ia mengarahkannya kepada Sang Pencipta. Ciptaan itu baik dan merupakan milik Allah.
Pemberkatan Agung Air diadakan hari sebelum Pesta Epifani dan tepat hari Pesta tersebut, yang dilakukan setelah Liturgi Ilahi. Pemberkatan ini tidak hanya mengenang peristiwa pembaptisan Tuhan kita dan pewahyuan Tritunggal Mahakudus, tetapi juga mengekspresikan keyakinan Ortodoksi bahwa ciptaan dikuduskan melalui Kristus. Pemberkatan ini menegaskan bahwa umat manusia dan alam ciptaan tempat kita menjadi bagian di dalamnya, diciptakan untuk dipenuhi dengan hadirat Tuhan yang menguduskan. Setelah pemberkatan yang khidmat, Air Suci dibagikan kepada umat dan digunakan untuk memberkati rumah-rumah selama musim Epifani. Ketika umat beriman meminum “Air Epifani”, kita diingatkan kembali akan baptisan kita. Ketika Gereja memberkati seseorang, benda-benda tertentu atau acara-acara tertentu dengan air tersebut, ia menegaskan bahwa mereka yang sudah dibaptis, lingkungan mereka, dan tanggung jawab mereka disucikan melalui Kristus dan dibawa ke dalam Kerajaan Bapa melalui Roh Kudus.
Selain Pemberkatan Agung, ada juga tata Pemberkatan Kecil yang dapat dilakukan kapan saja. Biasanya, ibadat ini dilakukan ketika sebuah rumah diberkati, pada hari pertama setiap bulan, awal tahun sekolah, dan awal dari tanggung jawab kerja yang baru.
Pemberkatan Roti Artoklasia
Pemberkatan Lima Roti adalah sebuah ibadat singkat untuk mengucap syukur atas segala berkat kehidupan. Minyak, anggur, gandum, dan roti yang digunakan dalam ibadat ini, dipandang sebagai unsur-unsur paling dasar yang diperlukan untuk kehidupan. Berkat ini mengingatkan kita akan mukjizat pelipatgandaan roti dan ikan yang digunakan Kristus untuk memberi makan orang banyak. Pemberkatan ini biasanya dipersembahkan pada saat Sembahyang Senja atau setelah Liturgi Ilahi pada hari-hari raya dan acara-acara khusus lainnya. Setelah ibadat, roti dipotong dan dibagikan kepada jemaat.
Kidung Salam: Akathist
Gereja Ortodoks hanya menyembah Allah saja. Namun, Gereja juga memberikan penghormatan kepada pribadi yang telah menjadi alat yang penting bagi Allah dalam sejarah keselamatan. Di antara mereka yang dihormati adalah Maria, Bunda Allah, Theotokos. Gereja Ortodoks sangat menghormati Perawan Maria karena ia dipilih untuk melahirkan Anak Allah. Seperti yang dinyatakan dalam salah satu nyanyian pujian:
“Dengan mengidungkan pujian untuk pemberilahiranmu, kami meninggikanmu sebagai bait suci rohani, Ya Theotokos. Sebab Dia yang tinggal di dalam rahimmu, Tuhan yang memegang segala sesuatu di tangan-Nya, menguduskanmu, memuliakanmu, dan mengajar semua orang untuk bernyanyi bagimu… “
Ibadat yang paling indah dan puitis dari Gereja Ortodoks untuk menghormati Perawan Maria, Theotokos, adalah Kidung Salam Akathist. Kata Akathist berarti “Tanpa Duduk“. Jemaat berdiri selama ibadat untuk menghormati Perawan Maria dan perannya yang unik dalam keselamatan kita di dalam Kristus. Akathist dinyanyikan dalam empat bagian bertahap selama empat Jumat pertama di masa Puasa Aung Pra-paskah. Pada hari Jumat kelima, seluruh Kidung ini dinyanyikan sekaligus.
Ibadat Permohonan: Paraklesis
Ibadat Permohonan, yang juga dikenal sebagai Paraklesis, adalah ibadat yang dipersembahkan terutama pada saat-saat kesakitan, pencobaan, atau keputusasaan. Berbagai doa yang dipanjatkan memohon bimbingan, kekuatan pribadi, dan kesembuhan kepada Tuhan. Banyak dari nyanyian pujian dan doa yang ditujukan kepada Perawan Maria, Sang Theotokos, dan meminta bantuannya. Ortodoksi menegaskan bahwa kita masing-masing, bersama dengan Perawan Maria, para Kudus, dan orang-orang beriman yang telah meninggal dipersatukan dalam ikatan iman dan kasih dalam Kristus. Oleh karena itu, sama seperti dalam kehidupan ini kita dapat berpaling kepada satu sama lain untuk berdoa, Gereja percaya bahwa kita juga dapat berpaling kepada Perawan Maria – manusia yang paling dekat dengan Tuhan – dan memintanya untuk berdoa kepada Tuhan bagi kita. Keyakinan ini dinyatakan dalam nyanyian pujian yang berbunyi:
“Perlindungan umat Kristen yang Tak memalukan, pensyafaat pada Khalik Kudus yang Tak Tergoyahkan. Jangan tolak, tangisan doa orang-orang dalam dosa, malah datanglah sebab kau baik, bawakan bantuanmu yang baik kepada kami yang berseru dalam iman padamu, cepatlah memohonkan, segeralah mendoakan, ya sang Theotokos, sebagai perlidungan bagi kami yang menghormatimu”
Ada dua bentuk Ibadat Permohonan: Paraklesis Agung dan Paraklesis Kecil. Paraklesis Kecil lebih singkat dan yang paling sering dilakukan. Kedua bentuk Ibadat ini dilaksanakan selama empat belas hari pertama bulan Agustus yang mendahului Pesta Peringatan Tertidurnya Sang Theotokos yang dirayakan pada tanggal 15 Agustus.
Artikel ini disadur dari serangkaian pamflet yang ditulis bagi umat non-Ortodoks, terutama mereka yang sedang mempertimbangkan untuk menjadi anggota Gereja Ortodoks dan ingin memperdalam apresiasi mereka terhadap iman, ibadah, dan tradisinya. Pamflet-pamflet tersebut ditulis oleh Fr. Thomas Fitzgerald, seorang pengajar di Hellenic College-Holy Cross Greek Orthodox School of Theology.