Skip to content

    Perkenalan Singkat dengan Gereja Ortodoks

    oleh Pr. Thomas Fitzgerald

    Kekristenan Timur

    Gereja Ortodoks mewujudkan dan mengekspresikan kekayaan rohani Kekristenan Timur. Kiranya kita tidak melupakan bahwa Injil Kristus diberitakan dan komunitas-komunitas Kristen pertama didirikan di berbagai daerah di sekitar Laut Tengah. Di wilayah timur Kekaisaran Romawi kuno inilah iman Kristen dimatangkan dalam perjuangannya melawan paganisme dan ajaran-ajaran sesat. Di sanalah, para Bapa Gereja yang agung hidup dan mengajar. Dan, di kota-kota di Timur inilah dasar-dasar iman kita diproklamirkan dalam Tujuh Konsili Ekumenikal.

    Semangat Kekristenan yang dipupuk di Timur ini memiliki cita rasa yang khas. Semangat ini berbeda, meskipun sesungguhnya tidak selalu bertentangan, dengan semangat yang berkembang di bagian Barat Kekaisaran Romawi dan kemudian di kerajaan-kerajaan Abad Pertengahan di bagian Barat. Disana, Kekristenan berkembang di negeri-negeri yang mengenal filosofi hukum dan moral Romawi Kuno, sementara di timur, Kekristenan berkembang di antara bangsa-bangsa yang mengenal budaya Semit dan Helenistik. Sementara Barat lebih berfokus pada Sengsara Kristus dan dosa manusia, Timur lebih menekankan Kebangkitan Kristus dan pengilahian manusia (Theosis). Sementara Barat condong kepada cara pandang yang legalistik terhadap agama (Skolastik), Timur menganut teologi yang lebih mistik. Karena Gereja Perdana tidak monolitik, kedua tradisi besar ini berjalan beriringan bersama selama lebih dari seribu tahun, hingga Skisma Besar memecah belah mereka. Kini, Katolik Roma dan Protestanisme adalah pewaris dari tradisi Barat, dan Ortodoks adalah pewaris tradisi Timur.

    Ortodoks (Ortho dan Doxa)

    Umat Kristen dari Gereja-Gereja Timur ini menyebut diri mereka “Orthodox.” Istilah ini berasal dari abad kelima dan maknanya mengandung dua arti yang berkaitan erat. Makna yang pertama dari istilah ini adalah “ajaran yang benar”. Umat Ortodoks percaya bahwa Gereja telah mempertahankan dan mewariskan iman Kristen yang bebas dari kesalahan dan distorsi, sejak zaman para Rasul. Sementara definisi kedua, yang lebih disenangi, adalah “pemuliaan yang benar.” Memberkati, memuji, dan memuliakan Allah Sang Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tujuan fundamental Gereja. Seluruh kegiatannya, bahkan perumusan doktrinnya, sesungguhnya diarahkan kepada tujuan ini.

    Namun, kata katolik terkadang juga digunakan untuk menggambarkan Gereja Ortodoks. Deskripsi ini, yang berasal dari abad kedua, disebutkan dalam Pengakuan Iman Nikea, yang mengakui Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Dari perspektif Ortodoks, kata katolik bermakna bahwa Gereja bersifat universal dan mencakup orang-orang dari semua suku dan budaya. Ada pula sebutan-sebutan tembahan seperti Yunani, Rusia, dan Antiokhia, yang digunakan untuk menyebut tentang Gereja-gereja Ortodoks tertentu. Sebutan-sebutan ini merujuk pada akar budaya atau nasional dari sebuah enoria (paroki), keuskupan, atau keuskupan agung tertentu. Selain itu, istilah katolik juga menegaskan bahwa Gereja telah melestarikan kepenuhan (kekatolikan) iman Kristen, iman yang diterimanya dari Kristus.

    Keberagaman dalam Kesatuan

    Gereja Ortodoks dapat dilihat sebagai suatu “federasi internasional” yang terdiri dari gereja-gereja patriarkal, autokefal (berdikari), dan otonom (mandiri). Setiap gereja bersifat independen dalam organisasi internalnya dan mengikuti adat istiadatnya masing-masing. Namun, mereka semua dipersatukan dalam iman dan tatanan yang sama. Gereja Ortodoks mengakui bahwa kesatuan bukanlah keseragaman. Beberapa gereja begitu kaya akan sejarah, seperti Gereja Konstantinopel, sementara yang lainnya relatif muda, seperti Gereja Finlandia. Beberapa sangat besar, seperti Gereja Rusia, sementara yang lain begitu kecil, seperti Gereja Sinai. Setiap Gereja dipimpin oleh sebuah sinode. Ketua sinode dikenal sebagai Patriark, Uskup Agung, Metropolitan, atau Katolikos. Di antara berbagai uskup, Patriark Ekumenikal Konstantinopel diberikan “tempat terhormat” dan dianggap sebagai “yang pertama di antara yang sederajat.” 


    Artikel ini disadur dari serangkaian pamflet yang ditulis bagi umat non-Ortodoks, terutama mereka yang sedang mempertimbangkan untuk menjadi anggota Gereja Ortodoks dan ingin memperdalam apresiasi mereka terhadap iman, ibadah, dan tradisinya. Pamflet-pamflet tersebut ditulis oleh Fr. Thomas Fitzgerald, seorang pengajar di Hellenic College-Holy Cross Greek Orthodox School of Theology.