Skip to content

    Spiritualitas

    Oleh Pr. Thomas Fitzgerald

    Gereja Ortodoks mewartakan Injil dari Yesus Kristus. Dalam bahasa Yunani, kata Injil adalah Evangelion yang secara harafiah berarti “kabar baik”. Kabar baik Kekristenan Ortodoks adalah pewartaan kasih Tuhan yang tak terbatas dan penuh pengorbanan bagi umat manusia, serta wahyu tentang takdir sebenarnya dari pribadi manusia. Merenungkan pesan Injil yang menggembirakan, Santo Gregorius dari Nyssa menulis pada abad keempat: Kabar baiknya adalah bahwa manusia tidak lagi diasingkan atau diusir dari Kerajaan Allah; tapi dia kembali menjadi anak laki-laki, lagi-lagi menjadi subjek Tuhan.

    Ortodoksi percaya bahwa harta tertinggi yang Tuhan ingin bagikan kepada kita adalah kehidupan-Nya sendiri. Iman kita dimulai dengan penegasan bahwa Allah telah bertindak dalam sejarah untuk mengizinkan kita berpartisipasi dalam kasih dan kebaikan-Nya, untuk menjadi warga Kerajaan-Nya. Keyakinan ini diungkapkan dengan begitu indah dalam doa Liturgi yang mengatakan: “Engkau tidak berhenti melakukan segala sesuatu sampai Engkau membawa kami ke surga dan menganugerahkan Kerajaan yang akan datang kepada kami.”

    Inisiasi kasih Allah Bapa diungkapkan dan diwujudkan secara sempurna dalam Pribadi dan Pelayanan Yesus Kristus. Tujuan keseluruhan dari Inkarnasi Anak Allah adalah untuk mengembalikan umat manusia ke dalam persekutuan dengan Allah. Para guru besar dan Bapa Gereja Ortodoks terus-menerus menegaskan kembali keyakinan ini dengan menyatakan bahwa Tuhan telah menjadi diri kita yang sebenarnya agar kita dapat menjadi diri-Nya yang sebenarnya.

    Kristus ditinggikan sebagai Terang dan Hidup kita. Dalam Pribadi-Nya terdapat satu kesatuan kemanusiaan dan keilahian yang dimana kita masing-masing dipanggil untuk saling berbagi. Dalam cara hidup-Nya. ada model kehidupan manusia yang autentik yang patut kita ikuti. Dalam Kebangkitan-Nya yang berkemenangan, ada pembebasan bagi kita dari segala kekuatan yang dapat menghalangi kita dari Kerajaan. Oleh karena itu, melalui Kristus, Allah Bapa telah mengambil alih posisi kita dan memanggil kita untuk menjadi putra dan putri-Nya.

    Theosis

    Panggilan dan tujuan mendasar setiap orang adalah untuk mengambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Kita diciptakan oleh Tuhan untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Turunnya Tuhan dalam Pribadi Yesus Kristus telah memungkinkan terjadinya kenaikan manusia kepada Bapa melalui pekerjaan Roh Kudus. Ortodoksi percaya bahwa setiap umat Kristiani terlibat dalam gerakan menuju Tuhan yang dikenal sebagai theosis atau pendewaan.

    Theosis menggambarkan ziarah rohani di mana setiap orang menjadi semakin sempurna, semakin suci, semakin menyatu dengan Tuhan. Ini bukanlah hubungan yang statis, juga tidak terjadi hanya setelah kematian. Sebaliknya, theosis adalah suatu gerakan kasih terhadap Tuhan yang dimulai bagi setiap umat Kristiani dengan ritus Pembaptisan dan berlanjut sepanjang hidup ini, serta kehidupan yang akan datang. Keselamatan berarti pembebasan dari dosa, kematian, dan kejahatan. Penebusan berarti kepemilikan kembali kita oleh Tuhan. Dalam Ortodoksi, keselamatan dan penebusan berada dalam konteks theosis. Visi kehidupan Kristiani yang kaya ini diungkapkan dengan baik oleh Santo Petrus ketika ia menulis di halaman awal Suratnya yang kedua bahwa kita dipanggil “untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.” Hal serupa juga ditegaskan oleh Santo Basilius Agung ketika ia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang mendapat perintah untuk menjadi “dewa”.

    Ini tentu saja merupakan penegasan yang berani dan harus dipahami dengan baik. Gereja Ortodoks memahami theosis sebagai penyatuan dengan energi Tuhan dan bukan dengan esensi Tuhan yang selalu tersembunyi dan tidak diketahui. Namun, pengalaman Gereja membuktikan bahwa ini adalah kesatuan sejati dengan Tuhan. Hal ini juga merupakan sesuatu yang tidak panteistik, karena dalam kesatuan ini yang ilahi dan manusia mempertahankan karakteristik unik mereka. Dalam pengertian ini, Ortodoksi percaya bahwa kehidupan manusia mencapai kepenuhannya hanya ketika ia menjadi ilahi.

    Roh Kudus

    Persatuan yang semakin mendalam antara setiap umat Kristiani dengan Tuhan bukanlah suatu proses yang ajaib dan otomatis. Meskipun Kristus telah menghancurkan kuasa dosa, kematian, dan kejahatan untuk selamanya, kemenangan ini harus diraih oleh setiap orang dalam kerja sama dengan Roh Kudus. Setiap orang dipanggil untuk bergabung dengan Roh pemberi kehidupan dan pembebasan” dalam mewujudkan kepenuhan hidup manusia dalam persekutuan dengan Bapa. Roh Kudus adalah agen pendewaan yang tugasnya adalah memasukkan kita ke dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus. Namun demikian , Roh selalu mengakui kebebasan manusiawi kita dan mengundang kerja sama aktif kita dalam menyempurnakan “gambar dan rupa Allah” yang dengannya kita masing-masing diciptakan.

    Partisipasi kita dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, yang kita kenal sebagai teosis, terjadi di dalam Gereja. Bagi penganut Ortodoks, Gereja adalah tempat pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya. Roh Kudus dan Gereja terhubung secara organik. Pada abad kedua, Santo Irenaeus mengingatkan kita akan hal ini dengan mengatakan: “Di mana Gereja ada di situ ada Roh Kudus, dan di mana Roh Kudus ada di situ ada Gereja.” Roh Kudus bergerak melalui kehidupan Gereja untuk mengungkapkan kemanusiaan kita bersama dalam Kristus dan mempersatukan kita dengan Bapa. Kita memperoleh Roh Kudus melalui perayaan Ekaristi dan penerimaan Komuni Kudus, melalui partisipasi kita dalam Sakramen, melalui disiplin doa harian, dan melalui praktik puasa, yang semuanya menghasilkan kehidupan seperti Kristus.

    Roh Kudus, yang dihormati sebagai Tuhan dan Pemberi kehidupan, diwujudkan dalam kehidupan Gereja untuk menyempurnakan hidup kita, dan menjadikan kita manusia yang bertanggung jawab dan penuh kasih. Buah Ibadah adalah karunia Roh Kudus. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Santo Paulus mengidentifikasi hal-hal ini sebagai: “kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kebaikan, kebaikan, kesetiaan, kelembutan, dan pengendalian diri.” Tentu saja, inilah keutamaan kehidupan yang serupa dengan Kristus. Mereka bersaksi bahwa kasih kepada Allah dan kasih terhadap sesama tidak dapat dipisahkan

    Individu dan Gereja

    Realitas theosis tidak hanya memberikan kesaksian akan kasih Tuhan yang ingin berbagi diri-Nya dengan kita, tetapi juga mengungkapkan pandangan yang sangat positif terhadap pribadi manusia. Ortodoksi percaya bahwa setiap orang memiliki nilai dan kepentingan intrinsik berdasarkan hubungannya yang unik dengan Tuhan. Kemanusiaan tidak pernah terlihat rusak total. “Gambaran Allah” yang dapat dirusak oleh dosa, tidak akan pernah bisa dihilangkan. Melalui kehidupan Gereja, selalu ada peluang untuk pemenuhan. Ketika Sakramen dilaksanakan, Sakramen selalu dipersembahkan kepada individu dengan menyebutkan namanya. Tindakan ini tidak hanya mengingatkan kita akan martabat setiap orang tetapi juga menekankan tanggung jawab setiap orang terhadap hubungannya dengan Tuhan.

    Meskipun Ortodoksi mengakui nilai pribadi, Ortodoksi tidak percaya bahwa kita dimaksudkan untuk terisolasi atau mandiri. Setiap orang dipanggil untuk menjadi anggota penting Gereja. Ortodoksi percaya bahwa seseorang tidak dapat menjadi seorang Kristen tanpa menjadi bagian dari Gereja. Proses theosis berlangsung dalam konteks masyarakat beriman.

    Bersatu dengan Tuhan di tengah-tengah Gereja tidak berarti bahwa kepribadian unik kita hancur. Kita tidak diliputi oleh suatu kekuatan atau kekuasaan yang bersifat impersonal. Seperti semua cinta yang sejati dan berharga, kasih Tuhan bagi kita masing-masing menghormati kepribadian kita. Cintanya bukanlah cinta yang menghancurkan. Kasih Tuhan adalah kasih yang mengungkapkan, mengangkat, dan menyempurnakan jati diri kita. Dengan memasuki kehidupan Tuhan, kita menjadi pribadi yang seharusnya.