Salah satu doa paling terkenal dari Gereja Ortodoks berbicara tentang roh Allah yang “hadir di segala tempat serta memenuhi segala sesuatu.” Penegasan yang mendalam ini merupakan dasar dari pemahaman Ortodoksi tentang Allah dan bagaimana hubungan-Nya dengan dunia ciptaan. Gereja percaya bahwa Allah sungguh dekat dengan kita. Meskipun Dia tak dapat dilihat, Allah tidak terpisah dari ciptaan-Nya. Melalui pribadi Kristus yang Telah Bangkit dan Roh Kudus, Allah hadir dan aktif dalam kehidupan kita dan juga dalam ciptaan di sekitar kita. Seluruh kehidupan kita dan alam ciptaan, sesungguhnya menunjuk dan menyatakan Allah.
Ada pengalaman-pengalaman khusus dalam kehidupan kita sebagai umat Kristiani Ortodoks ketika persepsi akan kehadiran dan tindakan Allah itu ditinggikan dan dirayakan. Kita menyebut peristiwa-peristiwa tersebut sebagai Sakramen-sakramen Gereja. Secara tradisional, Sakramen-sakramen lebih dikenal sebagai “Misterion” dalam Gereja Ortodoks. Penjelasan ini menekankan bahwa dalam peristiwa-peristiwa gerejawi yang khusus ini, Allah mengungkapkan diri-Nya melalui doa dan tindakan umat-Nya.
Sakramen-sakramen tidak hanya menyingkapkan dan mengungkapkan Allah kepada kita, tetapi juga memampukan kita untuk menerima Allah. Semua Sakramen memengaruhi hubungan pribadi kita dengan Allah dan dengan sesama kita satu sama lain. Roh Kudus bekerja melalui Sakramen-sakramen tersebut. Dia menuntun kita kepada Kristus yang mempersatukan kita dengan Bapa. Dengan mengambil bagian dalam Sakramen-sakramen, kita bertumbuh lebih dekat kepada Allah dan menerima karunia-karunia Roh Kudus. Proses pengilahian ini, atau theosis, sebagaimana yang dikenal dalam Ortodoksi, tidak dialami secara terpisah dari orang lain, melainkan dalam konteks komunitas orang percaya. Meskipun Sakramen-sakramen ditujukan kepada masing-masing kita, akan tetapi mereka sejatinya merupakan pengalaman yang melibatkan Gereja secara keseluruhan.
Ekaristi Suci, yang dikenal sebagai Liturgi Ilahi, adalah pengalaman ibadah utama dan terpenting dalam Gereja Ortodoks. Seringkali disebut sebagai “Sakramen dari segala sakramen”, inilah perayaan Gereja terhadap Kematian dan Kebangkitan Kristus yang dipersembahkan setiap hari Minggu dan hari-hari Suci tertentu lainnya. Semua Sakramen Gereja mengarah kepada Ekaristi dan mengalir dari Ekaristi, yang merupakan pusat kehidupan Gereja.Ekaristi Suci, yang dikenal sebagai Liturgi Ilahi, adalah pengalaman ibadah utama dan terpenting dalam Gereja Ortodoks. Seringkali disebut sebagai “Sakramen dari segala sakramen”, inilah perayaan Gereja terhadap Kematian dan Kebangkitan Kristus yang dipersembahkan setiap hari Minggu dan hari-hari Suci tertentu lainnya. Semua Sakramen Gereja mengarah kepada Ekaristi dan mengalir dari Ekaristi, yang merupakan pusat kehidupan Gereja.
Ekaristi Suci
Ekaristi Suci, yang dikenal sebagai Liturgi Ilahi, adalah pengalaman ibadah utama dan terpenting dalam Gereja Ortodoks. Seringkali disebut sebagai “Sakramen dari segala sakramen”, inilah perayaan Gereja terhadap Kematian dan Kebangkitan Kristus yang dipersembahkan setiap hari Minggu dan hari-hari Suci tertentu lainnya. Semua Sakramen Gereja mengarah kepada Ekaristi dan mengalir dari Ekaristi, yang merupakan pusat kehidupan Gereja.
Baptisan
Sakramen Baptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja, Tubuh Kristus, dan merupakan suatu perkenalan bagi kita kepada kehidupan Tritunggal Mahakudus. Air adalah simbol alami dari pembersihan dan pembaharuan hidup. Melalui pembenaman tiga kali ke dalam air Baptisan dalam Nama Tritunggal Mahakudus, seseorang mati terhadap cara-cara lama dalam dosa dan dilahirkan kembali ke dalam kehidupan yang baru di dalam Kristus. Baptisan adalah pernyataan dan penandaan publik seorang individu dengan Kematian dan Kebangkitan Kristus yang penuh kemenangan itu. Mengikuti kebiasaan Gereja awal, Ortodoksi juga mendorong pembaptisan bayi. Gereja percaya bahwa Sakramen ini menyaksikan tindakan Allah yang memilih seorang anak untuk menjadi anggota penting umat-Nya. Sejak hari baptisan mereka, anak-anak diharapkan menjadi dewasa dalam kehidupan Roh Kudus, melalui keluarga mereka dan Gereja. Baptisan orang dewasa hanya dilakukan ketika mereka sebelumnya belum pernah dibaptis dalam nama Tritunggal Mahakudus.
Krisma
Dalam Sakramen Krisma, imam akan mengurapi berbagai bagian tubuh seseorang yang baru dibaptis dengan Minyak Suci sambil berkata: “Meterai karunia Roh Kudus!” Minyak Kudus, yang telah diberkati oleh Patriarkh, adalah tanda bagi pengudusan dan kekuatan. Sakramen ini menekankan kebenaran bahwa setiap umat bukan hanya merupakan anggota Gereja yang berharga, tetapi juga diberkati oleh Roh Kudus dengan karunia-karunia dan bakat tertentu. Pengurapan ini juga mengingatkan kepada kita bahwa tubuh kita berharga dan terlibat dalam proses keselamatan.
Sakramen-sakramen inisiasi selalu diakhiri dengan pembagian Perjamuan Kudus kepada mereka yang baru saja dibaptis. Idealnya, hal ini dilakukan dalam Liturgi Ilahi. Praktik ini juga mengungkapkan bahwa Gereja Ortodoks melihat kanak-kanak sebagai anggota Gereja yang penting. Tidak pernah ada masa dimana kaum muda tidak dianggap sebagai bagian dari umat Allah.
Pengakuan Dosa
Sebagai anggota Gereja, kita memiliki tanggung jawab kepada satu sama lain dan, tentu saja, kepada Allah. Ketika kita berdosa, hubungan kita dengan Allah dan sesama menjadi rusak. Pada akhirnya dosa itu sendiri merupakan keterasingan dari Allah, dari sesama manusia, dan dari diri kita sendiri yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Pengakuan Dosa adalah sebuah Sakramen yang melaluinya dosa-dosa kita diampuni, dan hubungan kita dengan Allah dan sesama dipulihkan dan dikuatkan. Melalui Sakramen ini, Kristus Allah kita terus menyembuhkan mereka yang patah dan hancur hatinya dan memulihkan kasih Bapa kepada mereka yang terhilang. Menurut ajaran Ortodoks, orang yang bertobat mengaku dosa kepada Tuhan dan diampuni oleh Tuhan. Imam hanyalah saksi sakramental yang merepresentasikan Kristus dan umat-Nya. Imam tidak dipandang sebagai hakim, tetapi sebagai tabib dan pembimbing. Ortodoksi memiliki praktik kuno yang masih dipertahankan, bahwa setiap umat memiliki seorang bapa rohani yang menjadi tempat mereka untuk meminta nasihat dan bimbingan rohani. Pengakuan dosa dapat dilakukan kapan saja dan frekuensinya diserahkan kepada kebijaksanaan individu. Namun, dalam hal dosa yang serius, pengakuan dosa merupakan persiapan yang diperlukan sebelum menerima Perjamuan Kudus.
Pernikahan
Tuhan aktif dalam kehidupan kita. Dialah yang menyatukan seorang pria dan wanita dalam sebuah hubungan yang saling mengasihi. Sakramen Pernikahan menjadi saksi atas tindakan-Nya ini. Melalui Sakramen Pernikahan, seorang pria dan wanita dipersatukan sebagai suami dan istri di hadapan publik. Mereka masuk ke dalam sebuah hubungan yang baru dengan satu sama lain, dengan Allah, dan dengan Gereja. Karena Pernikahan tidak dilihat sebagai kontrak hukum, maka tidak ada sumpah di dalam Sakramen Pernikahan Ortodoks. Menurut ajaran Ortodoks, Pernikahan bukan hanya lembaga sosial, melainkan suatu panggilan kekal dari kerajaan Allah. Seorang suami dan istri dipanggil oleh Roh Kudus bukan hanya untuk hidup bersama tetapi juga untuk berbagian dalam kehidupan Kristiani sehingga mereka, dengan bantuan pasangannya, dapat bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan dan menjadi pribadi yang semestinya. Dalam Ibadat Pernikahan Ortodoks, setelah pasangan dipertunangkan dan bertukar cincin, mereka akan dimahkotai dengan “mahkota kemuliaan dan hormat” yang menandakan berdirinya sebuah keluarga baru di bawah Tuhan. Menjelang akhir ibadah, suami dan istri akan minum dari cawan bersama yang mengingatkan kita kepada pernikahan di Kana. Cawan ini melambangkan bahwa mereka akan berbagi beban dan sukacita dalam kehidupan baru mereka sebagai suami istri.
Penahbisan
Roh Kudus memelihara kesinambungan Gereja melalui Sakramen Penahbisan. Melalui penahbisan, orang-orang yang telah dipilih dari dalam Gereja dikhususkan oleh Gereja untuk pelayanan khusus bagi Gereja. Masing-masing dipanggil oleh Tuhan melalui umat-Nya untuk berdiri di tengah-tengah komunitas, sebagai gembala dan guru, dan sebagai wakil dari enoria mereka di hadapan Meja Altar. Masing-masing juga merupakan ikon Kristus yang hidup di antara umat-Nya. Menurut ajaran Ortodoks, proses penahbisan selalu dimulai dari jemaat lokal; tetapi hanya uskup sendirilah, yang bertindak atas nama Gereja universal, yang dapat menyelesaikannya. Dia melakukannya dengan doa permohonan kepada Sang Roh Kudus dan penumpangan tangannya pada orang yang ditahbiskan.
Mengikuti kebiasaan Gereja Apostolik, ada tiga jabatan utama yang memerlukan penahbisan khusus. Mereka adalah Uskup, yang dipandang sebagai penerus para Rasul, Imam dan Diaken, yang bertindak atas nama Uskup. Setiap tingkatan dibedakan oleh tanggung jawab pastoralnya. Hanya Uskup yang dapat menahbiskan. Gereja Ortodoks mengizinkan lelaki calon imam untuk menikah terlebih dahulu sebelum mereka ditahbiskan. Sementara Uskup dipilih dari klerus yang membujang (selibat) dan kebijakan ini dilaksanakan sejak abad ke-6.
Pengurapan Kudus
Ketika kita jatuh sakit, sering kali hal ini merupakan saat-saat dalam hidup ketika kita merasa sendirian dan terisolir. Sakramen Pengurapan Orang Sakit, atau yang juga dikenal dengan sebutan Pengurapan Kudus, mengingatkan kita bahwa ketika kita berada dalam penderitaan, baik secara fisik, emosional, maupun rohani, Kristus hadir bersama kita melalui pelayanan Gereja-Nya. Dia ada di antara kita untuk memberikan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup, dan bahkan saat kematian mendekat.
Seperti halnya Krisma, minyak juga digunakan dalam Sakramen ini sebagai tanda kehadiran, kekuatan, dan pengampunan Allah. Setelah pembacaan tujuh epistel, tujuh pelajaran Injil, dan persembahan tujuh doa, yang semuanya ditujukan untuk penyembuhan, imam akan mengurapi tubuh mereka yang sakit dengan Minyak Suci. Ortodoksi tidak memandang Sakramen ini khusus hanya diberikan kepada mereka yang hampir meninggal. Sakramen ini diberikan kepada semua orang yang sakit secara jasmani, pikiran, atau rohani. Gereja merayakan Sakramen ini untuk semua anggotanya selama pekan suci pada hari Rabu Suci.
Sakramen-sakramen dan Berkat-berkat Lainnya
Gereja Ortodoks tidak pernah secara resmi menentukan jumlah Sakramen. Selain Ekaristi, Gereja menerima keenam Misterion di atas sebagai Sakramen-Sakramen utama karena mereka melibatkan keseluruhan komunitas dan, yang terpenting, berhubungan erat dengan Ekaristi. Masih ada banyak Berkat dan Pelayanan Khusus lain yang melengkapi Sakramen-sakramen utama, dan yang mencerminkan kehadiran Gereja di sepanjang kehidupan umatnya.
Artikel ini disadur dari serangkaian pamflet yang ditulis bagi umat non-Ortodoks, terutama mereka yang sedang mempertimbangkan untuk menjadi anggota Gereja Ortodoks dan ingin memperdalam apresiasi mereka terhadap iman, ibadah, dan tradisinya. Pamflet-pamflet tersebut ditulis oleh Fr. Thomas Fitzgerald, seorang pengajar di Hellenic College-Holy Cross Greek Orthodox School of Theology.